Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Ya Allah, Satukanlah Hati Kami
Jumat, 4 Agustus 2017

Ya Allah, satukanlah hati kami. Khutbah Jumat ini berisi bahasan bagus tentang doa yang bisa diamalkan.

 

Khutbah Pertama

 

الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى دِيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا

وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba’du:

Para jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah …

Kita diperintahkan untuk senantiasa bersyukur pada Allah atas nikmat yang telah diberikan kepada kita sekalian.

Ibnu Abid Dunya menyebutkan hadits dari ‘Abdullah bin Shalih, ia berkata bahwa telah menceritakan padanya Abu Zuhair Yahya bin ‘Athorid Al-Qurosyiy, dari bapaknya, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يرزق الله عبدا الشكر فيحرمه الزيادة

“Allah tidak mengaruniakan syukur pada hamba dan sulit sekali ia mendapatkan tambahan nikmat setelah itu. Karena Allah Ta’ala berfirman,

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS. Ibrahim: 7)  (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 124)

Syukur inilah yang kita buktikan dengan takwa sebagaimana yang Allah perintahkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, yang telah mendapatkan mukjizat paling besar dan menjadi pembuka pintu surga, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat dan setiap orang yang mengikuti salaf tersebut dengan baik hingga akhir zaman.

صَلاَةُ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلاَئِكَةِ

“Shalawat Allah adalah pujian-Nya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan para malaikat.” (HR. Bukhari, no. 10)

 

Para jama’ah shalat Jum’at yang semoga terus mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah …

 

Ada do’a yang diajarkan oleh Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam– sebagaimana beliau mengajarkannya ketika tasyahud. Doanya sebagai berikut.

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِى أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا

ALLAHUMMA ALLIF BAYNA QULUUBINAA, WA ASHLIH DZAATA BAYNINAA, WAHDINAA SUBULAS SALAAM, WA NAJJINAA MINAZH ZHULUMAATI ILANNUUR. WA JANNIBNAAL FAWAHISYA MAA ZHOHARA MINHA WA MAA BATHON. WA BAARIK LANAA FII ASMAA’INAA WA AB-SHOORINAA WA QULUUBINAA WA AZWAAJINAA WA DZURRIYATINAA. WA TUB ‘ALAYNAA INNAKA ANTAT TAWWABUR RAHIIM. WAJ’ALNAA SYAKIRIINA LI NI’MATIKA MUTSNIINA BIHAA QOOBILIIHA WA ATIMMAHA ‘ALAINAA.

“Ya Allah, satukanlah hati kami. Perbaikilah keadaan kami. Tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan (menuju surga). Selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya. Jauhkanlah kami dari perbuatan keji yang nampak maupun tersembunyi. Berkahilah pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan keturunan kami. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jadikanlah kami hamba yang bersyukur atas nikmat-Mu, terus memuji-Mu dan menerima nikmat tersebut, dan sempurnakanlah nikmat tersebut pada kami.” (HR. Abu Daud, no. 969, dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Qadha’ wa Al-Qadr dari hadits Abu Daud, asalnya dikeluarkan oleh Tirmidzi. Kesimpulannya, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

 

Para jama’ah shalat Jum’at yang semoga terus mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah …

 

Ada beberapa hal yang diminta dalam doa ini:

 

Pertama: Disatukan hati dan diperbaiki urusan

 

ALLAHUMMA ALLIF BAYNA QULUUBINAA, WA ASHLIH DZAATA BAYNINAA.

Artinya, Ya Allah, satukanlah hati kami. Perbaikilah keadaan kami.

 

Yang dimaksud adalah agar hati disatukan, timbul rasa cinta terhadap sesama kami sehingga bisa saling tolong menolong satu dan lainnya dalam kebaikan. Karena kadang kita dengan orang dekat, dengan keluarga (sedulur), dengan tetangga, dengan jama’ah satu masjid bisa saling benci dan hasad dikarenakan rasa cemburu, tidak suka pada nikmat orang lain, tidak suka yang lain di atas dirinya dan seterusnya.

 

Kedua: Dimudahkan pada jalan keselamatan

 

WAHDINAA SUBULAS SALAAM, WA NAJJINAA MINAZH ZHULUMAATI ILANNUUR.

Artinya, tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan (menuju surga). Selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya.

 

Maksudnya, tunjukkanlah kami kepada jalan keselamatan yaitu surga. Selamatkanlah kami dari kegelapan yaitu kebodohan menuju cahaya ilmu.

Imam Al-Waqidi menyatakan, setiap kegelapan dan cahaya yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yang dimaksudkan kegelapan adalah kekufuran, cahaya adalah iman. Kecuali pada ayat,

وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

Dan Allah yang menjadikan gelap dan terang.” (QS. Al-An’am: 1). Yang dimaksud di sini, gelap adalah malam, terang (cahaya) adalah siang.

Ayat selain itu akan kita bawa ke makna cahaya adalah iman dan kegelapan adalah kebodohan dan kekafiran. Contohnya firman Allah,

رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ

“(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya.”  (QS. Ath-Thalaq: 11)

Sebagaimana kata Ibnu Katsir rahimahullah tentang ayat tersebut,

مِنَ ظُلُمَاتِ الكُفْرِ وَالجَهْلِ إِلَى نُوْرِ الإِيْمَانِ وَالعِلْمِ

“Mengeluarkan dari kegelapan kekufuran dan kebodohan kepada cahaya iman dan ilmu.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:309).

Kata Ibnu Katsir, karenanya wahyu yang Allah turunkan disebut nur (cahaya) karena wahyu ini melahirkan petunjuk (al-huda). Sebagaimana wahyu disebut juga dengan ruh karena dapat menghidupkan hati. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:309).

 

Ketiga: Dijauhkan dari perbuatan keji (zina)

 

WA JANNIBNAAL FAWAHISYA MAA ZHOHARA MINHA WA MAA BATHON.

Artinya: Jauhkanlah kami dari perbuatan keji yang nampak maupun tersembunyi.

 

Maksudnya, jauhkanlah kami dari perbuatan keji. Yang dimaksud fawahisyah biasa dibawa ke makna zina dan maksiat secara umum, ada yang dilakukan terang-terangan, ada yang dilakukan sembunyi-sembunyi.

Hati-hati jika kita terang-terangan dalam berbuat dosa. Coba renungkan hadits berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, di mana ia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” (HR. Bukhari, no. 6069)

Namun hati-hati pula dengan maksiat yang dilakukan sendirian dan itulah yang lebih sering kita lakukan. Di hadapan orang lain, kita bisa sok-sokan alim dengan penampilan, namun tatkala sendiri, kesepian dalam kamar akhirnya kita berbuat maksiat. Inilah kemajuan zaman yang kita dengan mudah mengakses apa pun lewat YOUTUBE, cukup membukanya di atas ranjang, di dalam kamar.

Moga kita diberikan rasa takut pada Allah.

Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4245. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

 

Keempat: Moga mendapatkan berkah

 

WA BAARIK LANAA FII ASMAA’INAA WA AB-SHOORINAA WA QULUUBINAA WA AZWAAJINAA WA DZURRIYATINAA.

Artinya: Berkahilah pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan keturunan kami.

 

Yaitu dalam doa tersebut kita meminta berkah pada Allah. Berkah yang dimaksud adalah bertambahnya manfaat dan banyaknya kebaikan. Yaitu agar pendengaran, penglihatan dan hati tersebut mendatangkan kebaikan dalam ibadah, dan kebaikannya terus bertambah banyak.

Sedangkan meminta keberkahan pada istri, bisa dimaksudkan untuk yang sudah menikah dan yang belum menikah supaya segera mendapatkan jodoh.

Limat hal yang diminta yaitu keberkahan pada pendengaran, penglihatan, hati, istri dan keturunan baik laki-laki maupun perempuan.

 

Kelima: Minta agar diterima taubat

 

WA TUB ‘ALAYNAA INNAKA ANTAT TAWWABUR RAHIIM.

Artinya: Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

Maksudnya adalah kita minta pada Allah agar menerima taubat dan permintaan maaf atas dosa-dosa kita.

Dalam doa ini, Allah disifati dengan At-Tawwab dan Ar-Rahiim. Maksud At-Tawwab adalah Allah menerima taubat hamba-Nya, hingga hamba tersebut akan meninggalkan maksiat lalu beralih pada ketaatan. Inilah yang menunjukkan Allah itu Ar-Rahiim, Maha Pengasih.

 

Keenam: Minta agar menjadi orang bersyukur

 

WAJ’ALNAA SYAKIRIINA LI NI’MATIKA MUTSNIINA BIHAA QOOBILIIHA WA ATIMMAHA ‘ALAINAA.

Artinya: Jadikanlah kami hamba yang bersyukur atas nikmat-Mu, terus memuji-Mu dan menerima nikmat tersebut, dan sempurnakanlah nikmat tersebut pada kami.

 

Artinya, kita minta pada Allah jadi orang yang bersyukur. Bersyukur yang dimaksud adalah dengan mengakui dalam hati, mengucapkan di lisan dan memanfaatkan nikmat dalam ibadah. Yang dimaksud menyempurnakan nikmat adalah agar nikmat tersebut dapat mengantarkan pada ibadah pada Allah Ta’ala.

 

 

Khutbah Kedua

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

 

Amma ba’du

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

 

Kesimpulannya ada enam hal yang diminta dalam doa tadi, yang seharusnya hal-hal seperti ini yang kita harus biasakan untuk diminta pada Allah demi kebaikan dunia dan akhirat kita:

  • Agar terjalin ukhuwah yang baik sesama muslim, bersatu di atas akidah dan manhaj sesuai tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan asal-asalan bersatu.
  • Agar ditunjuki pada jalan yang lurus hingga menuju surga.
  • Agar dijauhkan dari perbuatan keji dan zina yang nampak maupun yang tersembunyi.
  • Agar diberkahi pada pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan keturunan.
  • Agar diterima taubat dan menjadi hamba yang bertaubat.
  • Agar menjadi hamba yang bersyukur.

Terutama untuk yang terakhir, apa yang dimaksud syukur?

Coba lihat apa kita Ibnul Qayyim rahimahullah berikut.

الشُكْرُ يَكُوْنُ : بِالقَلْبِ : خُضُوْعاً وَاسْتَكَانَةً ، وَباِللِّسَانِ : ثَنَاءً وَاعْتِرَافاً ، وَبِالجَوَارِحِ : طَاعَةً وَانْقِيَاداً .

“Syukur itu dengan hati, dengan tunduk dan merasa tenang. Syukur itu dengan lisan, dengan memuji dan mengakui. Syukur itu dengan anggota badan, yaitu dengan taat dan patuh pada Allah.” (Madarij As-Salikin, 2: 246)

 

Demikian khutbah kami untuk Jumat kali ini. Semoga kita menjadi orang yang benar-benar bisa merealisasikan kebaikan sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

 

 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُوَحِّدِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

Referensi:

  • Syarh Sunan Abi Daud. Cetakan pertama, tahun 1437 H. Ibnu Raslan. Penerbit Darul Falah.
  • Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

 

Khutbah Jumat @ Masjid Baiturokhim Klampok Giripurwo Purwosari Gunungkidul, Jum’at Legi, 11 Dzulqa’dah 1438 H, (4-8-2017)

Silakan download naskahnya:

Khutbah Jumat: Ya Allah, Satukanlah Hati Kami

 

Disusun sebelum Jumatan, Jumat Legi, 11 Dzulqa’dah 1438 H (04-08-2017)

@ Perpus Rumaysho, Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc.

Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/16229-khutbah-jumat-ya-allah-satukanlah-hati-kami.html